Sinopsis The Return of Iljimae Episode 16

Wol-hee menangis dengan marah atas kepergian Iljimae dan ingin mengikutinya ke provinsi selatan Kyungsang (atau Kyungsangdo). Faktanya, semua karakter di episode ini ingin menuju ke selatan, entah itu atas saran Iljimae atau hanya untuk mengikutinya. Mereka semua diantaranya petugas polisi, Cha-dol dan Bae Sun-dal, kelompok pencuri, dan teraung yang direkrut oleh Park Bi-su (pembunuh yang disewa perdana menteri Kim Ja-jeom) untuk menangkap Iljimae.

Untuk itulah, ketika Yeol-gong tiba di rumah Wol-hee yang baru dan mendapati rumah itu kosong, dia menebak kalau mereka telah mengikuti Iljimae. Yeol-gong mendesah, “Bagaimana bisa awan mengejar angin?” Setelah pelarian mereka dari penjara, kelompok pencuri merencanakan perampokan mereka yang akan datang terhadap harta karun kerajaan di Kyungsang. Mantan bos Bongsuni menjadi pemimpin lagi, dengan Wang Hweng-bo dan Sung-kae sebagai bawahannya.

Perhatian terbesar adalah kemungkinan Iljimae akan muncul untuk menghancurkan rencana mereka, jadi dia memerintahkan para pencuri untuk berjaga-jaga. Baek-mae mengenang percakapan terakhirnya dengan Gu Ja-myung, ketika Gu mengatakan kalau Iljimae mampir dan makan makanan buatan Baek-mae. Ini mambuatnya menangis dan Gu mulai mengulangi janjinya untuk menyatukan mereka. Akan tetapi, Baek-mae memotong Gu kali ini, sebab dia percaya pada janji Gu.

Akan tetapi, dia belum bisa menikahi Gu dan memutuskan untuk kembali ke rumahnya yang lama dimana dia akan menunggu hari dia bisa hidup dengan putranya. Setelah itu, Baek-mae kembali ke rumah lamanya, di luar Hanyang, sedangkan Gu menuntun anak buahnya ke Kyungsangdo untuk mencegah perampokan itu. Gu yakin kalau Iljimae akan muncul untuk tujuan yang sama.

Iljimae benar2 pergi ke Kyungsang, tapi dia kesal karena diikuti oleh Yang-po. Iljimae membuat pengecualian ketika ditanya, “Berapa lama kau akan hidup seperti ini?” yang dimaksud oleh Yang-po adalah mengejar pencuri dan politikus korup. Iljimae menjawab bahwa dia harus menghentikan orang-orang itu sebelum mereka bisa menyakiti orang lain.

Yang-po bertanya apakah Iljimae berpikir dia bisa mengubah dunia dengan cara seperti itu, tapi Iljimae menjawab, “Aku tidak tertarik mengubah dunia.” Yang-po mengulangi kalau Iljimae mengambil lebih dari yang bisa dia tangani, tapi Iljimae mengatakan pada Yang-po dengan kasar untuk mengungkapkan kenapa Yang-po mengikutinya atau menghilang saja. Ketika sebuah karafan yang membawa barang2 lewat melalui hutan, pihak yang terpisah berkumpul: para polisi menunggu para perampok, perampok menunggu Iljimae, dan Iljimae memanfaatkan waktunya untuk muncul.

Gu dan para petugasnya telah mengganti harta yang sebenarnya dengan umpan untuk menarik para perampok itu keluar. Akan tetapi, karena pencuri itu menunggu Iljimae untuk muncul lebih awal, mereka tidak segera menyerang, yang tetap membuat polisi berjaga-jaga. Akhirnya ada beberapa gerakan: beberapa bandit dilumpuhkan oleh shuriken yang terbang entah dari mana. Trio pemimpin (bos Bongsuni, Wang Hweng-bo, dan Sung-kae) melihat dari kejauhan dan melihat anak buah mereka berjatuhan. Di bawah sana, petugas polisi juga mendengar teriakan dari mereka yang terluka.

Ini membuat polisi dan perampok berhamburan dalam pertempuran, dan para polisi dengan mudahnya menang sebab para perampok itu sudah terlebih dahulu dilumpuhkan oleh shuriken. Iljimae, di sisi lain, menghadapi trio itu dan bertanya, “Apa menyenangkan meniru orang lain?”

Bos Bongsuni yang menyerang paling awal, tapi dengan mudah dikalahkan. Berikutnya, Wang Hweng-bo menyerang – tapi dia lebih sadar pada kelemahannya, dan kabur saat kesempatan pertama. Kebanyakan anggota gang itu dikumpulkan, termasuk sang bos, dan hanya Wang Hweng-bo dan Sung-kae yang lolos. Ketika pertarungan mulai berakhir, Soo-ryun melihat Iljimae, yang sedang menonton, tapi tidak berkelahi. Iljimae berbalik dan pergi tanpa terlibat lebih jauh.

Wol-hee dan Keol-chi mengalami saat2 yang sulit, tiba di Kyungsangdo tapi tanpa rencana yang jelas. Mereka mengunjungi seorang peramal tapi ramalannya ambigu dan tidak menolong: “ Iljimae dekat, tapi juga jauh.” Lebih jauh, mereka diusir dari tempat tinggal sementara mereka dan harus tinggal di satu2nya tempat tinggal yang ada yaitu sebuah kamar yang menghadap tebing. Keol-chi mencoba mempengaruhi Wol-hee untuk pulang, sebab mereka tidak beruntung. Tapi Wol-hee tegas pada keputusannya. Wol-hee berkata dengan sedih, “Iljimae tidak akan kembali. Jika dia akan kembali, dia tidak akan pergi sendirian. Jika aku tidak bisa bertemu dengannya, aku juga tidak akan kembali.”

Selagi Keol-chi keluar untuk mencari makanan, Wol-hee mengambil wol-geum-nya dan mulai memainkan alat musik itu. Disini, kata2 peramal itu menjadi sedikit jelas, karena ketika Wol-hee memainkan alat musiknya, suara musiknya berhembus turun ke tebing2 di bawahnya, dimana Iljimae berjalan – dekat tapi juga jauh. Dia melihat asal suara kecapi itu dan melihat dengan bingung darimana datangnya suara itu. Bahkan ketika dia akhirnya melihat Wol-hee, dia terdiam melihatnya disana, memandangi Wol-hee dengan tidak percaya.

Sepanjang waktu, Wol-hee didorong oleh keinginan untuk bertemu dengan Iljimae, jadi dia memeluk Iljimae dan merasa tenang, tapi dia tidak langsung mencerna reaksi Iljimae. Dia berusaha menahan rasa putus asanya hingga dia menolak permintaan Wol-hee – tapi pada sikap Wol-hee, keputusasaannya akhirnya meledak. Iljimae berteriak, “Kau tidak bisa melakukan ini!”

Wol-hee bertanya, “Apa aku mengganggumu?” Iljimae menjawab iya, jadi Wol-hee melanjutkan, “Apa itu artinya kau tidak menyukaiku?” Iljimae menahan marahnya tapi tidak menjawab, jadi Wol-hee melanjutkan dengan marah, “Katakan padaku! Jadi aku tidak akan mengikutimu lagi!” Dengan suara yang dikendalikan, Iljimae menjawab, “Aku tidak menyukaimu.” Akan tetapi, Wol-hee tidak percaya padanya, berpikir Iljimae hanya mengeluarkan rasa frustasinya dan mencengkramnya – jadi Iljimae menepis tangan Wol-hee dengan marah.

Wol-hee mulai melihat kalau Iljimae serius dan berkata, “Tapi kau mengatakan padaku hanya aku satu2nya yang ada di hatimu sekarang.” Iljimae mengatakan kalau dia memberitahu demikian untuk menyelamatkan Wol-hee dan itu bohong: “Jadi jangan mengikutiku kemana-mana lagi.” Iljimae mulai bersiap-siap untuk pergi tapi Wol-hee menghentikannya: “Kau tidak harus pergi. Aku yang akan pergi.” Setelah berkata ‘jaga diri’ Wol-hee berjalan ke arah geladak. Iljimae mulai merasakan perasaan buruk, suaranya kaget ketika dia bertanya apa yang Wol-hee lakukan.

Wol-hee menjawab, “Kau menyuruhku pergi. Aku akan pergi, jadi jaga diri. Jika aku tidak bisa berada di sisimu, aku tidak ingin hidup di dunia yang seperti itu.” Iljimae membeku karena tidak percaya ketika Wol-hee mengintai ke bawah sandaran – lalu dia naik ke atasnya untuk kemudian jatuh melewati tebing. Dia jatuh dari atas dan sampai di bawah di danau yang beku. Ketakutan, Iljimae bergegas turun ke bawah tapi ketika dia sampai disana, tubuh Wol-hee sudah hilang. Dia tidak melihat kalau Yang-po menemukan Wol-hee dan membawanya pergi.

Iljimae meneriakkan nama Wol-hee ketika dia berkeliling mencarinya, akhirnya duduk di pinggir danau, merenung, “Apa yang aku lakukan? Aku pergi demi dia. Pada akhirnya, aku membunuhnya. Aku juga melakukan itu pada Dal-yi.” Jelas saja, setelah itu suasana hati Iljimae menjadi buruk. Di tempat lain, Bae Sun-dal dan Cha-dol merasa sangat kelelahan berjalan melewati hutan untuk mencari Iljimae dan akhirnya menemukannya ketika Iljimae sedang berhadapan dengan pendekar bertopeng – pemburu yang dikirim Park Bi-su.

Pria itu tidak tahu dia bekerja pada siapa, atau peduli pada hal itu, karena dia hanya menuruti perintah. Dia juga berpasangan dan didatangi oleh pasangannya. Bersama-sama, kedua pendekar bertopeng itu bergerak dengan kompak ketika menyerang Iljimae dari dua sisi. Pertarungan pedang dimulai dan belum ada diantara kedua pihak yang memperoleh kemenangan. Iljimae kalah jumlah dan dia juga kalah senjata sebab hanya punya satu senjata. Akan tetapi, dia juga punya timing yang tajam dan ketika dia melompat, dia membuat kedua petarung itu saling melukai dan akhirnya Iljimae mampu menjatuhkan mereka berdua.

Cha-dol berlari dari tempat persembunyiannya dengan penasaran tapi Iljimae memandangnya dengan dingin dan berkata, “Bukankah sudah aku katakan padamu untuk tidak mengikutiku.” Iljimae melangkah pergi, meninggalkan pengagumnya kebingungan – sesuatu pasti sudah terjadi pada Iljimae hingga membuatnya berubah seperti ini. Di sisi lain, Wang Hweng-bo dan Sung-kae bermalas-malasan, bosan – mereka gangster tanpa gang, penjahat tanpa perbuatan jahat. Untuk itu, Wang memanfaatkan kesempatan itu untuk masuk ke ruang judi illegal lokal.

Wang dan Sung-kae melihat-lihat dengan gembira dan memperkenalkan dirinya pada pemimpin oragnisasi ini, ingin mendapatkan keanggotaan grup ini. Pemimpin grup ini setuju dengan syarat – mereka harus membuktikan diri mereka dengan melakukan tugas yaitu mengumpulkan sejumlah uang untuk pimpinan kelompok itu. Waktu berjalan ketika beberapa orang pulang ke rumah. Iljimae kembali ke gubuk di gunung yang sempat menjadi rumah Wol-hee dan bersedih untuknya – percaya kalau dia sudah meninggal. Baek-mae masih tinggal sendirian sedangkan Gu Ja-myung kembali ke markasnya di Hanyang.

Ada sebuah misteri baru: sesosok mayat ditemukan. Ini bukan kematian biasa tapi mengarah ke sesuatu yang lebih menyedihkan: mayat itu tanpa kepala, yang juga memberikan kesulitan indentifikasi. Pelakunya adalah: seorang bangsawan bernama Tuan Kwon. Dia memerintahkan pembunuhan itu. Pelayannya mengantarkan kepala pria itu dalam sebuah peti, yang secara tidak sengaja juga dilihat oleh putra bangsawan itu, Jang-ho. Akan tetapi, karena Jang-ho ini akan tulalit, jadi dia dengan cepat melupakan apa yang sudah dilihatnya ketika ayahnya memberikan sejumlah uang padanya.

Narrator mengatakan kalau Jang-ho adalah kelemahan Tuan Kwon. Jang-ho pergi keluar untuk mencari hiburan. Kombinasi antara Jang-ho yang sudah tumbuh dewasa dan otaknya yang masih anak-anak membuat pemuda ini mengerikan dan berbahaya. Contohnya, Jang-ho terganggu oleh gisaeng yang menemaninya dan dia meneriaku gisaeng itu, “Jika kau tidak pergi, aku akan mengubahmu menjadi salah satu kepala di rumahku itu!” Iljimae, yang duduk di dekat sana, bertanya apa artinya itu. Ini jelas mencurigakan.

Untuk itu, Iljimae mampir ke rumah Jang-ho malam itu untuk melakukan penyelidikan. Menemukan darah di lantai, Iljimae mengikuti jejak itu ke sebuah peti, yang dia buka dan menemukan kepala terpenggal. Ekspresi Iljimae berubah, dia bergumam dengan marah, “Bajingan.”

1 thoughts on “Sinopsis The Return of Iljimae Episode 16

Tinggalkan komentar